Saturday, December 20, 2014

Pendekar Tongkat Emas : (belum) Sebuah Karya Emas

Setelah lama hilang, akhirnya di penghujung tahun 2014 ini ada sebuah film Indonesia yang mengangkat tema silat klasik. Sebuah waktu yang tepat untuk melepas kerinduan dengan kejayaan masa lalu.

Pendekar Tongkat Emas berkisah tentang Cempaka (Christine Hakim), seorang mahaguru ilmu tongkat dari peguruan tongkat emas yang hendak mewariskan perguruan dan ilmu terakhirnya kepada salah satu dari empat murid terbaiknya, Biru ( Reza Rahardian), Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Celia), dan Angin (Aria Kusumah). Biru dan Gerhana adalah anak dari musuh-musuh Cempaka di masa lalu yang telah tewas terbunuh dan dirawat layaknya anak kandungnya sendiri. Dengan kemampuan silat paling tinggi di antara saudara yang lain, Biru merasa paling berhak menerima warisan Tongkat Emas dan ilmu pamungkasnya, Tongkat Emas Melingkar Bumi. Sayang, hanya kekecewaan dan kemarahan yang diperolehnya ketika Guru Cempaka lebih memilih Dara sebagai penerus.

Dalam perjalanan pengasingan guna berlatih secara rahasia, Cempaka, Dara, dan Angin dihadang oleh Biru dan Gerhana, setelah beberapa malam sebelumnya mereka meracuni guru mereka tersebut. Pertarungan tidak seimbang pada akhirnya membuat Cempaka tewas, sementara Dara dan Angin terjatuh ke bawah jurang. Di saat itulah sesosok bayangan menyambut dan menyelamatkan mereka berdua.

Biru dan Gerhana, diterima menjadi murid utama perguruan Sayap Merah dan mengumumkan kematian guru Cempaka, sembari menuduh Dara dan Angin sebagai pembunuhnya. Tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai menarik simpati guru Sayap Merah dan menggantikannya, juga dengan meracuni terlebih dahulu. Maka, Biru pun menjadi guru dan melebarkan sayap perguruannya, menantang perguruan silat lain, mengancam kedatuan persilatan, dan meresahkan masyarakat.

Dara, beserta Angin, ditolong oleh pemuda misterius bernama Elang (Nicholas Saputra), sosok yang kemudian memberi jalan bagi mereka untuk mencari Naga Putih, pewaris lain ilmu pamungkas Tongkat Emas. Bersamanya, Dara berlatih dan berjuang menuntut balas atas kematian Guru Cempaka, sekaligus mengakhiri kekacauan yang dibuat oleh Biru dan Gerhana.

***

Pada media sosial, sudah banyak viral akan film ini, dan sambutannya sangat positif dengan puja-puji di sana sini. Semakin memotivasi untuk segera menyaksikan film ini. Belum lagi jajaran pemainnya yang tidak main-main. Sayang, saya harus tidak sepakat dengan banyak pengguna media sosial tersebut.

Cerita yang dibawakan dalam film ini tentu sangat klasik. tidak ada yang baru, karena memang begitulah cerita cerita silat adanya. Yang mengagumkan dari film ini adalah bagaimana properti dan make up mencoba untuk tampil sealamiah mungkin, menyesuaikan dengan jamannya. Belum lagi panorama alam yang disajikan, membuat bagian film ini lebih cocok untuk National Geographic alih-alih film silat.

Sayangnya, ada beberapa celah yang mengganggu buat saya.

Pertama. Seperti komentar teman, kehadiran Eva Celia membuat film ini menjadi bias. Apakah ini film anak-anak? Atau kisahnya seorang anak lalu menjadi dewasa? Tidak ada perubahan tampilan pada dirinya jika bercerita film ini merupakan cerita beberapa tahun perjalanan hidup.

Kedua. Koreografi pertarungannya bagus, hanya saja sepertinya tidak punya cukup persediaan. Karena, gerakan jurus yang hampir sama terlihat berulang-ulang. Atau mungkin memang ilmu silat yang mereka kuasai terbatas tetapi sangat hebat?

Ketiga. Apa urusannya penduduk sampai mengungsi, mengingatkan pada film Exodus yang juga sedang tayang saat ini. Mereka ini adalah perguruan silat, bukan bangsa penjajah. Atau perguruan juga bisa menjajah? Lalu di mana peran pemerintah? (Lho?!)

Keempat. Dialog dan emosi yang tampil dalam film ini terkesan datar. Walau Reza mencoba terlihat bengis dan licik, sementara Nico tetap cool layaknya Rangga AADC, tidak ada keterlibatan emosi dari penonton. Percintaan Biru dan Gerhana pun seolah ada dan tiada. Romantisme Elang dan Dara pun muncul malu-malu.

Kelima. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Dara untuk berlatih dan menguasai jurus pamungkas tongkat emas? Rasanya sebentar saja. Bisa jadi Anda sedang menembus ruang waktu bersama Interstellar, karena nyatanya Gerhana sudah memiliki anak! Bukan sekedar bayi, tapi anak berusia 5-6 tahun.

Keenam. Cempaka berpesan bahwa Tongkat Emas jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah. Sehebat apakah senjata ini? Bagi anda yang tau, silakan beri tahu saya. Karena sampai saat ini saya tidak tahu kehebatan apa pun dari tongkat ini, kecuali mungkin tongkat ini terbuat dari emas dan bernilai tinggi jika dijual.

Ketujuh. Adegan pertarungan terakhir memang menjadi sajian utama film ini. Yang bagus, tetapi sayangnya, terlalu panjang. Ya, dengan durasi pertarungan yang lama, dimulai dari muka perguruan Sayap Merah hingga tiba-tiba mereka melompat ke rumah perguruan tongkat emas (mungkin hanya bersebelahan pagar), sementara adegan adu jurusnya tidak terlalu istimewa dan beragam.

***

Melihat bagaimana para pemain melakukan aksi bertarung, harus diakui film ini memang luar biasa. Terlihat kesungguhan aktor dan aktris yang memaksakan beradegan silat tersebut. Sebagai sebuah usaha juga mengangkat kembali genre silat klasik. memang seharusnya film-film seperti ini diperbanyak, dengan aktor dan aktris lain. Mana tahu, akan lahir Adven Bangun dan Barry Prima generasi baru. Film yang tepat untuk mengisi waktu luang anda. Ya, hanya gunakan waktu anda yang sangat luang, dan terimalah persembahan terbaik anak negeri.

No comments:

Post a Comment