Friday, August 29, 2014

'Tarian Uang'

Pagi-pagi mendapati kicauan dari Ust. Hatta Syamsudin yang posting cerpen terbarunya, langsung saja teringat dengan cerpen fenomenalnya dulu : Tarian Uang.

Cerpen ini menjadi fenomenal, setidaknya buat saya, karena memberikan gambaran yang manis akan pertarungan antara idealisme dengan realitas yang ada di dunia kerja, khususnya yang saya hadapi. Ya, saya menjalani sebagaimana Beliau dahulu jalani, sehingga saya sangat memahami 'kisah nyata' yang terkandung di dalam cerita itu.

Dahulu, saat modernisasi diketok palu berlaku nasional pada Tahun 2008, saya pikir itulah saat berubah buat semuanya. Saat dimana revolusi integritas menemui momentumnya. Saat di mana orang baik tak lagi menjadi oknum. Sebuah mimpi indah bagi kita semua. Sayangnya, hingga saat ini, justru terjadi semacam kejenuhan revolusi. Ketika gerakan menjadi baik, entah mengapa terbentur oleh kebijakan dan peraturan yang justru mengekang dan mengebiri berbagai kebaikan-kebaikan tersebut. Lalu, seketika modernisasi seolah berjalan mundur. Maka, ketika bicara cerpen itu, uang seolah kembali lagi. Menari di batas imajinasi, menggoda, merayu, membujuk, memaksa, bahkan mengikat.