Monday, April 7, 2014

Catatanku Tentangmu

Pada kesempatan pertama, aku memang tidak pernah membayangkan bahwa itu semua pertanda
Apakah kau percaya akan pertanda kematian seseorang ?
Aku tidak
Bagiku, itu hanya kebetulan yang dipaksakan
Kesamaan yang dikarang
Selalu ada yang pertama untuk semua hal
Namun, semua percakapn itu nyata, bahkan beberapa saat sebelum kabar itu tiba
Dialog itu
Bahkan hingga detik terakhir masih terngiang
Hanya dalam imajinasiku
Tapi benderang layaknya dirimu di sini
Aku tak suka bilang jika itu pertanda
Aku yang paling beruntung, kan?
Masih bisa jumpaimu lebaran kemarin
... Lihat bagaimana orang tua, dalam kondisi apapun, senantiasa memberikan hikmah kebajikan
Beginilah orang tua mengajarkan
Tumpahkan semua sedih, duka, nestapa
Pada Tuhan semata
Basahi sajadah
Tunduk khusuk
Bukan update status !
Dan, andai kau bisa lihat, kita semua berkumpul, di saat yang seharusnya lebaran fitri lalu akan sangat manis jika kita bisa berkumpul
Jika hari raya berarti berkumpulnya keluarga, sanak saudara
Maka kematian layak disebut sebuah perayaan
Kembalinya dirimu adalah kembalinya kami
Bagaimana sholat menjadi begitu sangat bermakna, tidak hanya soal penyembahan, tapi kekeluargaan
Kembali sholat maghrib berjamaah
Setelah belasan tahun
Tak ada dirimu dalam shaf
Namun, anak-anakmu telah menggenapkannya
Penuh hikmah dalam kepergianmu
Maka doa kami, semoga dirimu tenang di sana, dengan segala keluasan dan terang benderang amalmu, hingga waktu tiba
Dikatakan, hujan adalah tangga rahmat-Nya
Maka ijinkanlah doa-doa kami menapakinya
Gaung Surah Yasin menjejak padanya
Hingga, sampai pada-Nya untuk dirimu
Semoga Ia senantiasa memberikan cahaya, kelapangan, dan rahmat-Nya padamu
Tulisan ini pernah dimuat di sini : https://www.facebook.com/notes/ahmad-fajar-septian/catatanku-tentangmu-10-11-2013/10151919862803673

Pencitraan

Sekarang sih jamannya pencitraan. Gak ada hubungannya juga sama Pemilu 2014. Memang pada dasarnya manusia ini kan mau dilihat dan dinilai oleh orang lain. Betapapun dalil kaidah ikhlas bicara.

Instansi ini, kaya dengan pencitraan, sementara penghasilan pegawainya gak naik naik selama 10 tahun. Diri ini, apalagi, berusaha untuk diliat baik, demi satu hal : Nama Baik

Terkadang, urusan nama baik ini bukan tentang diri kita, tapi justru nama baik orang lain. Orang tua, itu yang biasanya. Tidak ada nama yang jauh lebih baik untuk dibela selain orang tua. Maka, apa pun tindak tanduk kita, biasanya akan dibandingkan dengan nama baik orang tua kita. Kalo orang tua kita punya nama yang baik bagi masyarakat, biasanya, kita wajib menjadi baik, bahkan diri ini semacam tidak rela melakukan sesuatu yang buruk. Kalo orang tua namanya tidak baik ? Ya, begitulah ...

Sekarang, akankah urusan nama baik orang tua menjadi batas nilai nilai diri kita ? Atau, sudah kah kita memiliki nama baik sendiri di hadapan masyarakat ? Atau memang kita tidak peduli dengan pikiran dan pandangan orang laen ?

2014

Setelah hibernasi terlalu lama, ada keinginan buat menulis lagi di sini. Baiklah, kita mulai saja. 1 .. 2 .. 3 .. . . . . . . . Zzzzzzzzzz #masih gak ada ide, haha ....