Monday, January 18, 2016

The 5th Wave : Invasi Kemanusiaan



Jagoan remaja perempuan. Alien. Pemusnahan manusia. Tiga premis dalam satu film. Itulah simpulan untuk “5th Wave”. Chloe Grace Moretz kali ini menjadi protagonis. Lalu bagaimana hasilnya?

Dikisahkan, bumi kedatangan makhluk asing yang dengan segera menyerang dengan beberapa gelombang. Gelombang serangan pertama adalah serangan gelombang elektromagnetik yang melumpuhkan seluruh peralatan listrik, termasuk alat komunikasi. Hal ini membuat kaum manusia kembali ke kegelapan. Gelombang serangan kedua adalah gempa bumi, di mana pada beberapa daerah pantai menjelma menjadi tsunami besar. Hal ini semakin membunuh banyak manusia. Ancaman Gelombang ketiga pun muncul. Virus, terutama flu burung, mewabah hingga nyaris memusnahkan umat manusia, kecuali mereka yang mampu bertahan. 

Cassie (Moretz), bersama ayah dan adiknya, Sam, termasuk ke dalam orang-orang yang berhasil bertahan dari Gelombang Ketiga. Mereka pun bergabung dalam kamp pengungsi. Saat harapan seolah telah sirna, datanglah serombongan prajurit Angkatan Darat dipimpin Kolonel Vochs (Liev Schreiber), yang hendak menyelamatkan sekaligus memberitahukan mereka akan adanya Gelombang Keempat : Alien turun langsung dalam wujud manusia untuk membunuh satu per satu manusia yang tersisa.

Cassie dan adiknya. Sam, nyatanya harus terpisah saat pengangkutan. Anak anak yang berhasil diamankan ke pangkalan militer kemudian dididik untuk menjadi tentara cadangan. Alasannya sederhana, lebih mudah bagi angkatan darat untuk mendeteksi alien pada anak anak daripada orang dewasa. Alien telah menjadi parasit dalam tubuh manusia, mengendalikan pikiran dan tubuhnya. Cassie, sementara itu, harus bertahan hidup sendiri hingga akhirnya ia berjumpa Evan Walker (Alex Roe), orang asing yang juga bertahan menghadapi Gelombang Keempat. Bersama, dalam tempat yang berbeda, mereka menghadapi ancaman selanjutnya : Gelombang Kelima.

***

Setelah Jennifer Lawrence dan Shailene Woodley, kali ini Chloe Grace Moretz didapuk menjadi seorang heroine. Juga diangkat dari sebuah novel karya Rick Yancey dengan judul yang sama. Namun, berbeda dengan film-film young adult tersebut, di sini Cassie bukanlah sosok terpilih apalagi seorang jagoan, setidaknya pada film pertama ini (bukunya adalah sebuah trilogi). Bahkan, untuk sebuah karakter utama, Cassie seolah bukan seorang tokoh sentral. Masih ada Evan Walker, Ben Parish/Zombie dan regunya, serta beberapa karakter lainnya. Tidak terlihat kehebatan Kick Ass Moretz, seperti yang dibayangkan sebelumnya. 

Cerita film ini sendiri sederhana, invasi alien untuk mengambil alih bumi dengan memusnahkan manusia. Hanya saja mereka mengambil jalan berliku hingga harus menghabiskan lima gelombang. Menariknya, ada beberapa hal yang menjadi kejanggalan dalam cerita justru menjadi semacam twist. Seperti, bagaimana pangkalan militer yang terang-terangan berdiri masih bebas dari serangan alien. Atau, bagaimana militer menggunakan alat transportasi dan persenjataan sementara sebelumnya sudah dilumpuhkan pada Gelombang Pertama. Dengan berbagai dugaan-dugaan, twist ini menjadi satu-satunya hal menarik dari film ini, selain Chloe-Grace Moretz, tentunya. Selebihnya, tidak ada yang baru. Sayang sekali. 

***

Memusnahkan manusia tidak hanya tentang menghilangkan nyawa dari tiap-tiap manusia. Menghilangkan kemanusiaan membuat manusia tidak lagi menjadi manusia. Maka ketika manusia masih tegak berdiri tanpa nilai-nilai kemanusiaan, maka tidaklah lagi ia manusia. Lalu apakah anak-anak lebih mudah dimanipulasi kemanusiaannya dibandingkan orang dewasa? Atau justru mereka akan lebih jujur dengan nilai dan rasa kemanusiaan itu? Film ini memberikan pertanyaan yang bisa kita jawab.