Tuesday, October 5, 2010

hari ini satu tahun yang lalu

maksudnya ingin buat puisi indah seperti dulu tapi ternyata ga bisa ( emang dulu indah" puisi nya iah ? ),
yah, paling ga adalah yang ditulis...
sekarang entah kenapa semua menjadi beku, kaku, bahkan mungkin berkarat.
hanya sekedar kata" yang mengungkapkan perasaan pun tak terucap.

jadi langsung aja lah iah sayang...

hari ini
tepat satu tahun yang lalu
kita mulai satu fase baru dalam hidup kita
satu babak dimana kita mengakhiri 'aku' dan 'kamu'
berubah menjadi 'kita'

kalo inget gimana dulu
sepuluh tahun yang lalu
bagaimana kita ( atau tepatnya aku ) memulai hubungan (istimewa) kita
suka senyum" sendiri
konyol, aneh, bodoh, semua jadi satu
tapi ssatu hal yang menyyimpulkan itu semua
CINTA

tentu terlalu naif kalo dulu kata" cinta disebut
karena kita hanyalah anak"
anak" yang sok dewasa, sok mau menjadi diri
makanya kita hanya pakai kata SUKA

lewat sembilan tahun
tentu sembilan adalah masa" yang sulit
penuh liku" dan bahkan cobaan
hingga bertanya-tanya 'kemanakah arah tujuan ini'
kalo lagu sekarang 'mau dibawa kemana hubungan kita'
:-)

satu tahun yang lalu
3 hari sebelumnya
aku menangis, karena bis yang seharusnya membawaku ke palembang ternyata mogok tak berkesudahan
dan gempa yang mengguncang pun membuat berpikir beberapa kali
akan seperti apa kondisi jalan di sana
aku menangis, apakah di saat" dekat seperti ini masih juga ada halangan ?

alhamdulillah...
semua bisa dilalui
aku sampai rumah dengan selamat ( walaupun badan meriang )

dan... pada hari pernikahan kita
hari ini satu tahun yang lalu
semua terbilang lancar
bangun pagi aku segar bugar
dan aqad pun terbilang tanpa hambatan kan?
ya.. walaupun harus 3 kali..
thu masalah teknis aja kok...

dan... satu tahun telah berlalu
tentunya aku masih jauh, terlalu jauh sebagai sosok suami sempurna
seorang suami idaman yang bisa menjadi imam bagi keluarga
yang bisa hangat menyayangi
yang bisa menenangkan hati
yang bisa jadi teman dalam tawa dan susah
yang selalu ada buat berbagi

dan semua sikap" ku yang menyakitkan lainnya

bisa jadi, ternyata aku masih terjebak dalam 'aku'
masih menikmati ke'aku'anku
dan semua tentang 'aku'

maafkan aku sayang...
bukan aku tak mau menjadi 'kita'
karena sesungguhnya sekarang kita adalah 'kita'

terima kasih untuk satu tahun ini
satu tahun yang walaupun sulit namun sangat indah
indah dengan semua keterbatasan kita
indah dengan semua hal" baru yang kita lalui bersama
indah dengan pelajaran" bagi kita, 2 orang pemula berumah tangga

aku tak pandai merangkai kata" indah
hanya MAAF dan TERIMA KASIH yang bisa aku ungkapkan untuk satu tahun ini...

dan satu lagi..

aku mencintaimu istriku..

my lovely sugar.....



--- suami yang masih harus banyak belajar ---

Tuesday, January 26, 2010

dibalik kesukaran ada kemudahan ...

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?" tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan. Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan. Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

**
Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Sumber : Eramuslim