Thursday, April 14, 2016

13 Hours : The Secret Soldiers of Benghazi

Sebuah film perang berlatar Timur Tengah dengan Amerika dan CIA-nya tercebur dalam konflik yang mereka buat sendiri. Pasukan khusus berjumlah sedikit personel dengan kemampuan hebat. Apakah ada premis sederhana yang lebih klise lagi untuk sebuah film bertema perang? Lalu apa yang dapat membedakan film ini dengan film-film sebelumnya?

Dikisahkan, Libya saat itu sudah memasuki konflik internal bersenjata dan kota Benghazi menjadi salah satu kota dengan tingkat paling berbahaya. Seluruh kedutaan berbagai negara telah menarik personel mereka masing-masing. Namun Amerika, yang masih memiliki kepentingan, belum menarik para anggota CIA mereka di sana. Dengan berkedok sebuah gedung sipil, membayar keamanan dengan orang-orang lokal, tugas mengumpulkan data masih mereka lakukan.

Sebagai bagian dari perlindungan, terdapat pasukan kontrak yang dipimpin oleh Tyron 'Rone' Woods dan keempat anggotanya. Kali ini ia memanggil anggota kelima, Jack Silva, kembali dari rumahnya yang tenang di tanah air. Mereka berenam memiliki tugas menjaga kepentingan CIA di Benghazi, di bawah perintah Bob, sang Kepala.

Semua berjalan apa adanya hingga pada peringatan 11 September pada tahun 2012, Duta Besar Chris Stevens datang ke Benghazi untuk menginisiasi perdamaian. Kekisruhan terjadi ketika sekelompok milisi bersenjata menyerang kediaman Duta Besar. Saat para pengamanan lokal menghindar dari konflik karena bayaran yang rendah dibanding nyawa mereka, dengan mudah para milisi ini masuk, menghancurkan, dan membakar rumah duta besar tersebut. Hanya dengan bantuan beberapa personel khusus kedutaan, duta besar Stevens mencoba bertahan.

Sementara itu, keenam tentara kontrak ini tertahan di markas mereka karena mendapat perintah diam di tempat oleh Bob, bos mereka, yang berpendapat tidak ada konfirmasi untuk melakukan misi bantuan. Beberapa waktu menjadi ketegangan di antara mereka hingga keenam orang ini memutuskan untuk menolong kedutaan. Namun, semua telah terlambat. Dan ketika kedutaan telah jatuh, satu-satunya properti Amerika yang tertinggal adalah markas CIA ini. Dan mereka berenam harus mempertahankan markas tersebut dari serangan milisi, selama mungkin, hingga bantuan datang. Jika memang ada bantuan tersebut.

---

Seperti disebutkan di awal, premis peperangan di mana Amerika muncul di tengah konflik di Timur Tengah bukanlah hal asing lagi. Yang menarik adalah ketika tokoh sentranya bukan sekelompok tentara, baik reguler maupun khusus seperti Delta Force dll, melainkan 'hanya' sekelompok tentara kontrak/bayaran. Hal yang sebenarnya lumrah terjadi di belahan timur tengah, selepas militer resmi ditarik mundur oleh pemerintah Amerika. Orang-orang ini pun bukan asing dengan kondisi ini karena sebenarnya latar belakang mereka juga adalah militer, baik marinir maupun satuan khusus. Sebuah hal yang belum banyak diangkat dalam film.

Michael Bay. Identik dengan film-film fiksi imajinatif dengan spesial efek seperti Transformer dan Teenage Mutant Ninja, kali ini ia duduk di belakang hadirnya sebuah film yang diangkat dari novel berdasarkan kisah nyata. Seharusnya tak kan ada Megatron yang mendukung para milisi bersenjata untuk kemudian markas CIA dilindungi oleh Autobots. Dan memang tidak ada. Untuk sekelas Bay, film ini cukup realistis terlihat. Memang, desingan peluru masih bercahaya layaknya laser tetap terlihat. Namun film Fury telah mengawalinya sehingga di sini pun bukanlah sebuah kejutan lagi. Justru hal ini memberikan nuansa segar khas Bay dalam film yang tak butuh banyak efek wah. Mungkin tangannya gatal untuk tidak melakukannya kali ya.

Terlepas dari akurasi kejadian sebenarnya, dapat tertangkap kengerian dan penonton terjebak dalam konflik bersenjata yang terjadi sepanjang malam ini. Tak ada aksi heroisme yang coba dipaksakan. Bahkan penonton ikut diajak kesal karena mereka berenam diperintahkan diam di tempat tak melakukan apa pun untuk menolong duta besar hanya karena Bob tak mau mereka meninggalkan markas. Adu senjata yang terbagi dalam beberapa babak memberikan waktu bagi penonton untuk bernafas, melegakan diri dari kesadisan yang (mungkin efek sensor?) tidak terlalu banyak terlihat di sini.

---


Terdesak oleh kondisi ekonomi, membuat Jack Silva kembali masuk dalam peperangan yang bukan miliknya, bahkan bukan juga milik negaranya. Juga semata karena yang meminta adalah Rone, teman baiknya. Tanggung jawab pada diri dan keluarga, kesetiakawanan dan persahabatan, integritas dan komitmen tinggi pada pekerjaan, adalah hal hal yang dapat kita cermati dalam film ini.

Tak banyak heroisme ala ala Amerika di sini, kecuali satu adegan dramatis bendera amerika yang terbentang terbakar. Jadi jika anda telah cukup lelah dengan hal tersebut namun tertarik dengan film bertema perang, film ini layak masuk daftar tonton.

No comments:

Post a Comment