Thursday, January 8, 2015

Taken 3 : It Ends Here, Obviously

Instalmen terakhir film Taken akhirnya tayang juga. Setelah sebelumnya dikabarkan Liam Neeson menolak untuk berperan lagi dalam film ini. Ada sebuah kerinduan tersendiri akan karakter Bryan Mills, seorang kepala keluarga yang melakukan segala cara untuk melindungi keluarganya : Anak gadis dan mantan istrinya.

Ketika berhembus kabar akan dibuat film ketiga, satu pertanyaan yang muncul : Siapa lagi yang akan diculik kali ini. Dan, Taken 3 menjawabnya dengan tegas : Tidak Ada! Ya, film ini sedari awal telah meruntuhkan premisnya sendiri. Jika di film pertama, Kim Mills (Maggie Grace) telah diculik, lalu istrinya, Lerone 'Lennie' Mills (Famke Janssen) diculik pada film kedua, maka pada film ketiga ini yang dijual adalah fitnah pembunuhan terhadap Lennie yang dituduhkan kepada Bryan.

Untuk sebuah film aksi di mana cerita sudah diketahui jalannya dari awal hingga akhir, apa yang bisa ditawarkan? Tentu saja aksinya. Maka patut disimak seperti apa aksi dalam Taken 3 kali ini. Pertama, tentu saja terlihat betapa lamban dan lelahnya seorang Liam Neeson ketika harus beraksi berlari, melompati pagar menerobos rumah, hingga kebut-kebutan di jalan raya, sampai akhirnya beradu pukul dan tembak-tembakan. Saat kita berharap sineas memiliki kecerdasan yang cukup untuk menutupi hal tersebut, justru sangat terlihat bagaimana adegan berkelahi yang menjadi ciri khas Neeson justru tidak terlihat. Adegan berlangsung lambat, patah-patah seperti menderita editan serius, hingga pengambilan gambar yang terlalu 'close up' yang membuat kita tidak bisa melihat siapa berbuat apa. Hal ini sangat terlihat saat Bryan menyerang sekelompok rusia pembunuh istrinya di liquor store, beberapa saat setelah ia berikut mobilnya ditabrak jatuh ke tebing.

Senada dengan perkelahiannya, film ini juga minim dengan aksi tembak tembakan dan ledakan yang juga sudah menjadi ciri khas. Bahkan saat adegan yang seolah menjadi puncak film ini, ketika Bryan menyerang markas Oleg Malankov (Sam Spruell), lagi lagi kamera close up mengganggu kenikmatan visual. Ada orang yang tampaknya tertembak, begitu kira kira. Semua juga berlangsung cepat dan tanpa kesan. bahkan ketika kematian diberikan pada Oleg, minim dramatisasi.

Adegan kebut kebutan satu satunya di jalan raya malah awalnya membingungkan. Apakah dia berada di dalam van hitam ataukah mobil polisi? Semua kejadian seperti terpotong potong, layar demi layar, cenderung melelahkan, bahkan.

Karena film ini tidak bercerita tentang penculikan, maka teknik mencari jejak yang biasa dilihat pada dua filmnya pun otomatis menghilang. Bisa jadi, demi menutupi kelelahannya, dihadirkan teman-teman Bryan Mills. Seolah ini adalah sebuah film tim layaknya The A Team. Sayangnya, kehadiran mereka pun tak cukup mengangkat beban film ini yang demikian berat kehilangan ruhnya.

Apakah kemudian film ini tidak menarik sama sekali? Tentu tidak. Agen Franck Dotzler (Forest Whitaker) hadir memberi kesegaran sebagai lawan yang imbang bagi Bryan. Kecerdasannya membuatnya selalu di jalan yang tepat untuk mengejar Bryan, hingga akhirnya hampir berhasil ketika di sekolah Kim. Bahkan, teka teki donut Bagel telah menjadi petunjuk bagi penonton juga, bahwa Bryan tidak bersalah atas kematian mantan istrinya.

Film ini juga sangat padat sehingga sangat sayang jika dilewatkan setiap adegannya. Wajar saja, dengan durasi 110 menit, perjalanan panjang Bryan hingga harus mengejar Stuart St John (Dougray Scott) sebagai aktor utama kematian mantan istrinya, membuat semua cerita dan teka teki harus hadir serapat mungkin.

Terlepas dari semua kekurangannya yang mengganggu dan merusak instalmen film ini, Taken 3 masih layak ditonton terutama bagi mereka yang merindukan aksi laga dari Opa Liam Neeson. Tentu dengan peringatan bahwa film ini tidak lebih baik dari dua film sebelumnya.

No comments:

Post a Comment