Wednesday, September 3, 2014

Hercules : Kisah Manusia Setengah Dewa Tanpa Dewa-dewa



Siapa yang tidak tau dengan Hercules? Kisahnya sudah sangat melegenda, bahkan serialnya di salah satu televisi swasta pun sempat berjaya. Kini, Brett Ratner meluncurkan remake terbaru dari kisah manusia setengah dewa ini.

Diperankan oleh Dwayne 'The Rock' Johnson, Hercules memimpin sekumpulan prajurit bayaran yang terdiri dari peramal (Amphiaraus/Ian McShane), ahli melempar pisau (Autolycus/Rufus Sewell), pemanah Amazon (Atalanta/Ingrid Berdal), prajurit tanpa rasa takut (Tydeus/Aksel Hennie), dan sang pencerita ulung (Iolaus/Reese Ritchie). Dibuka dengan cerita seperti biasa, sebagai anak dari Zeus, Hercules dikisahkan harus melaksanakan dua belas tugas yang diembankan dewa kepadanya sebagai wujud kompromi atas perdamaian dirinya dengan Dewi Hera. Kisah lalu berlanjut masuk dalam suasana pertarungan brutal antara Hercules dan rekan melawan para perompak sebagai misinya sebagai pasukan bayaran.

Hercules lalu ditemui oleh Ergenia, anak dari Raja Cotys, yang sedang dalam kesusahan karena harus berperang melawan pemberontak bernama Rheseus yang berdasar desas-desus bekerja sama dengan para Centaur (manusia setengah kuda) dan memiliki begitu banyak pasukan yang kejam. Dengan imbalan emas seberat tubuhnya, Hercules menerima pekerjaan untuk melatih dan mengalahkan Rheseus tersebut. Belum lagi ketika mereka harus kehilangan banyak pasukan karena berperang melawan suku barbar, desa yang seharusnya sudah dihancurkan lebih dulu oleh Rheseus.

Dalam situasi yang pelik ini, ternyata Hercules masih dibayangi masa lalunya, kematian atas istri (Megara/Irins Shayk) dan ketiga anaknya yang misterius. Ini adalah tugas kedua belas yang tak kunjung dituntaskan olehnya, membunuh masa lalu yang menghantuinya.

...

Saya tak pernah membaca sinopsis apapun terkait kehadiran film yang sudah lama kabar akan beredar ini, bahkan sampai ada versi lainnya, Legend of Hercules. Dalam bayangan saya, apa yang bisa dilakukan Hercules ketika saudaranya, Perseus, telah menyita perhatian penonton dengan pertarungan seru antara Tiga Dewa (Zeus, Hades, dan Poseidon) melawan Kronos? Pertarungan para dewa apalagi yang bisa dihadirkannya?



Maka, tidak salah jika pembuat film mengambil sisi yang lebih 'manusiawi' yang mengingatkan saya akan film Troy (2004), cerita tentang manusia keturunan dewa yang terlibat dalam peperangan manusia tanpa sedikit pun menampilkan para dewa, dalam level apapun. Maka, mau tidak mau, saya sudah punya pembandingnya.



The Rock, terlepas dari latar belakangnya sebagai pegulat profesional dengan deretan filmografi sebagai bintang aksi laga, tampangnya yang komikal jelas tidak bisa mengangkat keseriusan karakter Hercules yang kehilangan keluarganya secara tragis ini. Belum lagi film ini mencoba memberi bumbu sisipan lelucon yang harus memaksa untuk sekedar senyum. Plot lain yang coba diabaikan adalah mengenai, benarkah Hercules anak Zeus? Apakah ia memang manusia setengah dewa? Lalu darimana ia punya kekuatan untuk meruntuhkan patung Hera yang begitu besar untuk menumpas pasukan Raja Cotys pada akhirnya? Mungkin ia terlalu banyak nge-gym.

Hal berbeda yang coba ditawarkan oleh film ini, yang justru menjadi daya tarik, adalah kehadiran karakter Iolaus, keponakan Hercules, yang bertugas menceritakan legenda-legenda pertarungan dan kisah hidup Hercules. Tidak hanya menjadi juru bicara, Iolaus justru lebih seperti seorang penebar propaganda, membakar semangat pasukan sendiri dan menakuti lawan-lawannya. Dalam kenyataannya, sosok seperti ini tidak bisa dilupakan begitu saja dari sejarah. Bahkan seorang Hittler punya Goebbels di sampingnya.

Buat saya yang tidak tau seperti apa tampilan pacar dari mega bintang sepakbola Cristiano Ronaldo, bisa melihat sekilah Irina Shayk di sini sebagai istri dari Hercules. Semoga penampilannya yang sekilas ini bukan hasil dari editing Lembaga Sensor Indonesia.

...

'Tidak penting apakah ia manusia setengah dewa atau bukan, ketika ia menilai dirinya pahlawan, ia bisa menjadi pahlawan'. Sebuah kutipan yang coba digambarkan di sepanjang film ini, bahwa ini adalah film tentang Hercules yang dikenal sebagai manusia setengah dewa anak Zeus yang kuat luar biasa, namun tidak sedikit pun memberi gambaran dewa atau bahkan hal-hal ajaib di sini.

Ketika perang kolosal antara ribuan pasukan Cotys dari Thrace dan Rheseus bertemu, kita akan melihat banyak orang namun terlalu sedikit untuk mengatakannya ribuan. Sepertinya pihak produksi benar-benar menggunakan banyak pemain figuran tanpa tambahan efek visual. Kembali lagi, jika harus membandingkan dengan dua seri Perseus, film ini jelas ketinggalan dari keberlimpahan efek visual.

Apakah saya ikut merasakan kesedihan Hercules yang kehilangan keluarganya? Atau kepuasan ketika ia akhirnya tau siapa dalam di balik tragedi itu? Tidak. Apakah saya merasakan hal yang getir dari Tydeus yang katanya hidup seperti hewan sebelum ditemukan oleh Hercules? Lalu sedih ketika ia mengorbankan dirinya? Tidak. Apakah ada rasa-rasa cinta antara Megara dan Hercules? Juga tidak. Film ini terlalu kering akan jalinan kisah dan emosi. Bahkan ketika hendak mengumbar aksi juga masih terlalu tanggung. Kecuali anda memang penggemar berat The Rock, atau penasaran dengan penampilan Irina Shayk, atau memang penggemar kisah-kisah Yunani, maka baiknya letakkan film ini di urutan bawah daftar film yang wajib Anda tonton.

1 comment: