Tuesday, September 2, 2014

Donor Darah Edisi Perdana

-- Cerita ini terjadi pada tanggal 15 Agustus 2014 silam --


'Saya lagi butuh darah buat anak saya. Butuh empat kantong, tapi baru dapat satu kantong. Makanya minta tolong Mas-mas pegawai bank situ buat donor'

Itu adalah sepenggal obrolan dari salah seorang Ibu yang duduk di depan saya saat menunggu antrian di Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Palembang, tadi pagi jelang siang. Ini adalah pengalaman perdana saya donor darah, setelah beberapa kali di beberapa kesempatan sejak masa kuliah, saya ditakdirkan selalu melewatkan kesempatan tersebut.

Pagi hari itu, tiba-tiba pesan pop-up di layar komputer saya muncul. Dari salah seorang teman. "Jar, kamu golongan darahnya apa, ya?". Berlanjut obrolan singkat, intinya ia butuh darah buat salah satu anggota keluarganya yang hendak operasi cesar. Maka begitu jam lewat pukul sepuluh, kami segera bergegas menuju UDD PMI.

Tidak terlalu ramai, hanya lima sampai enam orang saja di kursi tunggu. Sejenak isi formulir, tidak lama kemudian nama saya pun dipanggil. Duduk berhadapan dengan seorang ibu yang dengan tangkas menusuk ujung jari tengah tangan kanan saya hingga berdarah. Lalu, ketika saya lengah, ia tempelkan tabung kecil di sana dan dengan seksama dan dalam tempo yang singkat menekan ujung jari tersebut, "creett", darah segar mengalir deras mengisi rongga tabung itu, yang kemudian dengan indahnya ditepuk-tepukkan ke bilah kaca kecil, diberi warna biru, kuning, dan merah membentuk pola gradasi warna. Coretan-coretan dibuatnya pada formulir isian saya. Hb, oke. Golongan darah, A. Lalu saya disuruh masuk.

Di ruangan ukuran 3x5 meter, ada tiga pasang pembaringan yang masing-masing telah diisi tiga orang. Tiap lengannya terpasang selang yang berwarna merah, dengan kantong darah tergeletak di atas timbangan (sayur). Oke, suasananya semakin mencekam ini. Demi menghilangkan kegugupan, saya sejenak ke toilet, menuntaskan apa yang tertahan, untuk kemudian masuk lagi dan dengan elegannya berbaring. Lengan kiri sepertinya pilihan yang baik buat 'diinfus'.

Seorang Ibu menunjukkan pengalamannya dengan tidak butuh setengah menit untuk memasang jarum. Jujur saja, saya tak berani melihat, biarkan saja sistem yang bekerja. Sekitar sepuluh menit berbaring, seorang mbak perawat mendekat.
"Masih lama lagi?", saya tanya
"Ini sudah selesai, mau dicabut", jawabnya
"Berapa banyak?"
"350"
Wah, 350 mL untuk donor perdana, hehe...

....

Ternyata jarumnya tak terasa menancap dalam 
Ternyata jarumnya tak terasa menancap dalam

Kembali ke awal obrolan bersama ibu tadi. Saya bertanya juga pada teman ini, yang ternyata sudah membawa dua orang teman satu ruangan untuk donor juga kemarin. Jadi, demi kelancaran operasi tersebut yang membutuhkan tambahan darah, teman ini harus swalayan, mencari sendiri darah yang dibutuhkan. Begitupun dengan sang Ibu tadi. Menjadi bertanya-tanya, demikian tipis kah stok darah? Sehingga keluarga pasien harus mencari sendiri?

Semoga saja, ini bukan pengalaman saya yang pertama dan terakhir. Semoga saja saya tetap sehat sehingga darah saya aman buat didonorkan. Seperti kutipannya : Setetes darah Anda membawa kehidupan bagi sesama.

No comments:

Post a Comment