Tuesday, March 7, 2017

Logan : Akhir Masa X-Men Terfavorit

Setelah lama digaungkan, installment X-Men/Wolverine kembali hadir di awal 2017. Mengusung konklusi sekaligus "menjernihkan" kebingungan lini masa cerita yang diderita banyak penonton non pembaca komik sejak munculnya X-Men Days of The Future, film ini digadang gadang sebagai persembahan trakhir Hugh Jackman dan Patrick Stewart sebagai Wolverine dan Prof. Xavier. Lalu, apakah film ini bisa memuaskan ekspektasi para pecinta serial ini?

---

Dikisahkan, pada tahun 2029, mutan sudah hampir punah dan beberapa tidak menunjukkan diri mereka lagi. Tersebut di dalamnya Logan yang menjalani profesi sebagai supir limo. Tinggal di perbatasan, Ia menyembunyikan Prof. Xavier yang menderita Alzheimer (?) ditemani Caliban, seorang pelacak mutan yang anti dengan sinar matahari.

Seorang wanita kemudian meminta Logan untuk mengantar dirinya dan seorang gadis kecil menuju perbatasan North Dakota demi menghindari pengejaran sebuah organisasi. Tidak ingin terlibat, Logan mengacuhkannya. Xavier berkeras bahwa ia harus menolong wanita itu. Dan masalah terbawa ke kediaman mereka. Diserbu para pasukan swasta, terungkap kemampuan gadis kecil yang persis seperti Logan. Sebuah 'firasat' yang telah digambarkan oleh Xavier sebelumnya. Dan dimulailah pelarian mereka.

---

Berbeda dengan berbagai film superhero sebelumnya, khususnya X-Men, film ini sangat sarat dengan cerita drama. Berat dan kelam, depresif, menghiasi sepanjang jalan cerita film berdurasi dua jam ini. Film ini bukan mengambil masa post apocalypse, sehingga keterpurukan Logan dan penuaan Xavier terasa sangat nyata. Sungguh miris rasanya melihat Xavier setua dan selemah itu. Bahkan keterpurukan Xavier versi McAvoy seolah ringan saja.

Film ini juga tidak direkomendasikan bagi anak anak atau orang tua membawa anaknya mengingat porsi laga yang cukup sadis dan vulgar. Lagi lagi tak sesuai dengan gambaran film Marvel/X Men pada umumnya. Porsi laga yang dibuat relatif natural tanpa efek CGI yang berlebihan menambah rasa 'nyata' dari film ini. Hanya koreo perkelahian yang meningkat dibanding serial Wolverine sebelumnya. Dan yang menarik tentu porsi aksi yang ditampilkan gadis mutan cilik, Laura, sebagai penggambaran Wolverine versi kecil. Buas, lincah, dan penuh insting.

---

Setiap orang punya mimpi untuk masa tuanya. Begitu juga Logan dan Xavier yang berharap memiliki kapal boat untuk mengasingkan diri. Harga yang memang harus diperjuangkan dengan susah payah hanya mengandalkan upahnya sebagai sopir. Mimpi yang dikorbankan ketika harapan akan adanya mutan, yang dikira sudah habis, justru muncul lagi dalam bentuk paling nyata. Seorang "anak" Wolverine.

Di tengah gambaran film MCU yang ceria meski bobotnya semakin berat, dan film fil anti hero yang semakin (di)kelam(kan), 'Logan' memberi porsi yang seimbang di antara keduanya. Cerita, drama, dan aksi yang pas membuat film ini tak hanya layak tonton, tapi juga layak koleksi.


No comments:

Post a Comment