Instalmen
terakhir film Taken akhirnya tayang juga. Setelah sebelumnya dikabarkan
Liam Neeson menolak untuk berperan lagi dalam film ini. Ada sebuah
kerinduan tersendiri akan karakter Bryan Mills, seorang kepala keluarga
yang melakukan segala cara untuk melindungi keluarganya : Anak gadis dan
mantan istrinya.
Ketika berhembus kabar akan dibuat film
ketiga, satu pertanyaan yang muncul : Siapa lagi yang akan diculik kali
ini. Dan, Taken 3 menjawabnya dengan tegas : Tidak Ada! Ya, film ini
sedari awal telah meruntuhkan premisnya sendiri. Jika di film pertama,
Kim Mills (Maggie Grace) telah diculik, lalu istrinya, Lerone 'Lennie'
Mills (Famke Janssen) diculik pada film kedua, maka pada film ketiga ini
yang dijual adalah fitnah pembunuhan terhadap Lennie yang dituduhkan
kepada Bryan.
Untuk sebuah film aksi di mana cerita sudah
diketahui jalannya dari awal hingga akhir, apa yang bisa ditawarkan?
Tentu saja aksinya. Maka patut disimak seperti apa aksi dalam Taken 3
kali ini. Pertama, tentu saja terlihat betapa lamban dan lelahnya
seorang Liam Neeson ketika harus beraksi berlari, melompati pagar
menerobos rumah, hingga kebut-kebutan di jalan raya, sampai akhirnya
beradu pukul dan tembak-tembakan. Saat kita berharap sineas memiliki
kecerdasan yang cukup untuk menutupi hal tersebut, justru sangat
terlihat bagaimana adegan berkelahi yang menjadi ciri khas Neeson justru
tidak terlihat. Adegan berlangsung lambat, patah-patah seperti
menderita editan serius, hingga pengambilan gambar yang terlalu 'close
up' yang membuat kita tidak bisa melihat siapa berbuat apa. Hal ini
sangat terlihat saat Bryan menyerang sekelompok rusia pembunuh istrinya
di liquor store, beberapa saat setelah ia berikut mobilnya ditabrak
jatuh ke tebing.
Senada dengan perkelahiannya, film ini juga
minim dengan aksi tembak tembakan dan ledakan yang juga sudah menjadi
ciri khas. Bahkan saat adegan yang seolah menjadi puncak film ini,
ketika Bryan menyerang markas Oleg Malankov (Sam Spruell), lagi lagi
kamera close up mengganggu kenikmatan visual. Ada orang yang tampaknya
tertembak, begitu kira kira. Semua juga berlangsung cepat dan tanpa
kesan. bahkan ketika kematian diberikan pada Oleg, minim dramatisasi.
Adegan
kebut kebutan satu satunya di jalan raya malah awalnya membingungkan.
Apakah dia berada di dalam van hitam ataukah mobil polisi? Semua
kejadian seperti terpotong potong, layar demi layar, cenderung
melelahkan, bahkan.
Karena film ini tidak bercerita tentang
penculikan, maka teknik mencari jejak yang biasa dilihat pada dua
filmnya pun otomatis menghilang. Bisa jadi, demi menutupi kelelahannya,
dihadirkan teman-teman Bryan Mills. Seolah ini adalah sebuah film tim
layaknya The A Team. Sayangnya, kehadiran mereka pun tak cukup
mengangkat beban film ini yang demikian berat kehilangan ruhnya.
Apakah
kemudian film ini tidak menarik sama sekali? Tentu tidak. Agen Franck
Dotzler (Forest Whitaker) hadir memberi kesegaran sebagai lawan yang
imbang bagi Bryan. Kecerdasannya membuatnya selalu di jalan yang tepat
untuk mengejar Bryan, hingga akhirnya hampir berhasil ketika di sekolah
Kim. Bahkan, teka teki donut Bagel telah menjadi petunjuk bagi penonton
juga, bahwa Bryan tidak bersalah atas kematian mantan istrinya.
Film
ini juga sangat padat sehingga sangat sayang jika dilewatkan setiap
adegannya. Wajar saja, dengan durasi 110 menit, perjalanan panjang Bryan
hingga harus mengejar Stuart St John (Dougray Scott) sebagai aktor
utama kematian mantan istrinya, membuat semua cerita dan teka teki harus
hadir serapat mungkin.
Terlepas dari semua kekurangannya yang
mengganggu dan merusak instalmen film ini, Taken 3 masih layak ditonton
terutama bagi mereka yang merindukan aksi laga dari Opa Liam Neeson.
Tentu dengan peringatan bahwa film ini tidak lebih baik dari dua film
sebelumnya.
No comments:
Post a Comment