Jagoan remaja perempuan. Alien. Pemusnahan manusia. Tiga
premis dalam satu film. Itulah simpulan untuk “5th Wave”. Chloe
Grace Moretz kali ini menjadi protagonis. Lalu bagaimana hasilnya?
Dikisahkan, bumi kedatangan makhluk asing yang dengan segera
menyerang dengan beberapa gelombang. Gelombang serangan pertama adalah serangan
gelombang elektromagnetik yang melumpuhkan seluruh peralatan listrik, termasuk
alat komunikasi. Hal ini membuat kaum manusia kembali ke kegelapan. Gelombang
serangan kedua adalah gempa bumi, di mana pada beberapa daerah pantai menjelma
menjadi tsunami besar. Hal ini semakin membunuh banyak manusia. Ancaman
Gelombang ketiga pun muncul. Virus, terutama flu burung, mewabah hingga nyaris
memusnahkan umat manusia, kecuali mereka yang mampu bertahan.
Cassie (Moretz), bersama ayah dan adiknya, Sam, termasuk ke
dalam orang-orang yang berhasil bertahan dari Gelombang Ketiga. Mereka pun
bergabung dalam kamp pengungsi. Saat harapan seolah telah sirna, datanglah
serombongan prajurit Angkatan Darat dipimpin Kolonel Vochs (Liev Schreiber),
yang hendak menyelamatkan sekaligus memberitahukan mereka akan adanya Gelombang
Keempat : Alien turun langsung dalam wujud manusia untuk membunuh satu per satu
manusia yang tersisa.
Cassie dan adiknya. Sam, nyatanya harus terpisah saat
pengangkutan. Anak anak yang berhasil diamankan ke pangkalan militer kemudian
dididik untuk menjadi tentara cadangan. Alasannya sederhana, lebih mudah bagi
angkatan darat untuk mendeteksi alien pada anak anak daripada orang dewasa.
Alien telah menjadi parasit dalam tubuh manusia, mengendalikan pikiran dan
tubuhnya. Cassie, sementara itu, harus bertahan hidup sendiri hingga akhirnya
ia berjumpa Evan Walker (Alex Roe), orang asing yang juga bertahan menghadapi
Gelombang Keempat. Bersama, dalam tempat yang berbeda, mereka menghadapi
ancaman selanjutnya : Gelombang Kelima.
***
Setelah Jennifer Lawrence dan Shailene Woodley, kali ini
Chloe Grace Moretz didapuk menjadi seorang heroine. Juga diangkat dari sebuah
novel karya Rick Yancey dengan judul yang sama. Namun, berbeda dengan film-film
young adult tersebut, di sini Cassie bukanlah sosok terpilih apalagi seorang
jagoan, setidaknya pada film pertama ini (bukunya adalah sebuah trilogi).
Bahkan, untuk sebuah karakter utama, Cassie seolah bukan seorang tokoh sentral.
Masih ada Evan Walker, Ben Parish/Zombie dan regunya, serta beberapa karakter
lainnya. Tidak terlihat kehebatan Kick Ass Moretz, seperti yang dibayangkan
sebelumnya.
Cerita film ini sendiri sederhana, invasi alien untuk
mengambil alih bumi dengan memusnahkan manusia. Hanya saja mereka mengambil
jalan berliku hingga harus menghabiskan lima gelombang. Menariknya, ada
beberapa hal yang menjadi kejanggalan dalam cerita justru menjadi semacam
twist. Seperti, bagaimana pangkalan militer yang terang-terangan berdiri masih
bebas dari serangan alien. Atau, bagaimana militer menggunakan alat
transportasi dan persenjataan sementara sebelumnya sudah dilumpuhkan pada
Gelombang Pertama. Dengan berbagai dugaan-dugaan, twist ini menjadi
satu-satunya hal menarik dari film ini, selain Chloe-Grace Moretz, tentunya. Selebihnya,
tidak ada yang baru. Sayang sekali.
***
Memusnahkan manusia tidak hanya tentang menghilangkan nyawa dari tiap-tiap manusia. Menghilangkan kemanusiaan membuat manusia tidak lagi menjadi manusia. Maka ketika manusia masih tegak berdiri tanpa nilai-nilai kemanusiaan, maka tidaklah lagi ia manusia. Lalu apakah anak-anak lebih mudah dimanipulasi kemanusiaannya dibandingkan orang dewasa? Atau justru mereka akan lebih jujur dengan nilai dan rasa kemanusiaan itu? Film ini memberikan pertanyaan yang bisa kita jawab.
No comments:
Post a Comment