Film
dengan nama judul besar akhirnya tayang di Oktober ini, film yang boleh
jadi masuk dalam daftar tunggu untuk ditonton. Film tentang tokoh yang
legendaris, yang hampir semua orang tahu kisahnya.
Alkisah, negara Transylvania dipimpin oleh seorang Raja (tapi lebih dikenal sebagai Pangeran) bernama Vlad II (Luke Evans),
yang dibesarkan dan dididik secara keras oleh Kesultanan Turki hingga
menjadi ksatria yang tangguh dan ditakuti dengan nama Vlad The Impaler
(Vlad Si Penyula) karena ia dikenal suka menyula musuh-musuh yang
dibunuhnya. Kembali mencoba memimpin negara dalam masa tenang, Vlad
harus menghadapi kenyataan bahwa Sultan Mehmet II (Dominic Cooper)
dari Kesultanan Turki telah tiba di gerbang kerajaannya, menuntut ia
menyerahkan 1.000 anak untuk dijadikan prajurit perang berikut anaknya
sendiri, Ingeras (Art Parkinson), layaknya ia dulu diserahkan oleh ayahnya kepada Sultan Turki.
Vlad dilanda kebimbangan dengan desakan istrinya, Mirena (Sarah Gadon),
untuk tidak menyerahkan anak mereka satu-satunya, sementara itu berarti
membangkang dan menantang perang Sultan Mehmet II, sesuatu yang akan
menghadirkan mimpi buruk bagi kerajaan dan rakyatnya, mengingat mereka
tidak punya cukup pasukan untuk menghadapi ratusan ribu pasukaan
Kesultanan Turki. Di tengah keputusasaannya, Vlad lalu mendaki Gunung
Broken Tooth untuk bertemu dengan monster yang telah menjadi misteri
selama ratusan tahun di biara tua mereka, monster yang haus akan darah
dan menguasai gelap malam. Hingga akhirnya, dengan harapan bisa
menghadapi pasukan Turki dan menyelamatkan rakyatnya, Vlad menerima
penawaran monster tua tersebut, meminum darahnya, lalu mati dan bangkit
lagi dengan kekuatan super, bisa mendengar suara dari kejauhan, melihat
di kegelapan, dan mengendalikan makhluk malam.
Maka,
demikianlah, seorang diri, Vlad menghabisi 1.000 pasukan Turki hanya
dalam satu malam. Waktu yang terbatas, karena dalam perjanjiannya, ia
hanya punya tiga hari untuk bertahan dari godaan kehausan akan darah
manusia agar ia bisa kembali menjadi manusia sedia kala, atau mengikuti
hasrat nafsunya, dan jadi monster penghisap darah untuk selamanya dalam
keabadian.
...
Kisah Drakula merupakan salah satu kisah
paling dikenal dari Barat. Mencapai puncak popularitasnya ketika novel
yang ditulis Bram Stoker diangkat ke dalam film yang dibintangi Keanu
Reeves dan Gary Oldman pada tahun 1992. Banyak film yang diangkat
bercerita tentang sosok penghisap darah itu sendiri, yang tidak kalah
populer adalah Van Helsing (2004) yang dibintangi oleh Hugh Jackman dan
Richard Roxburgh. Kali ini, sutradara Gary Shores dan para penulis
skenario mencoba mengangkat kisah drakula melalui sisi sejarah asal mula
kelahiran sosok penghisap darah ini. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
sosok Drakula dinisbatkan kepada Vlad II dari Transylvania, yang bagi
sebagian orang telah dikenal dengan kekejamannya terhadap musuh dengan
cara menyula mereka. Ribuan pasukan Turki menjadi korbannya yang membuat
Sultan Mehmet mengerahkan lebih banyak pasukan untuk menyerangnya.
Berfokus
pada latar belakang tersebut, entah tidak mau terjebak dalam sejarah
yang bisa saja diperdebatkan, atau memang semata hanya ingin mengambil
latar belakang itu, film ini justru menjadi kehilangan arah. Apakah
ingin mengggali sisi terdalam seorang Vlad hingga ia menjadi Drakula?
Atau pertentangannya dengan Mehmet II? Keduanya tidak dapat terpenuhi
dengan baik.
Kita bisa memahami alasan terdalam Vlad menerima
penawaran untuk mendapatkan kekuatan tersebut, mengorbankan hidupnya
demi rakyat dan anaknya. Namun Drakula sebagai ikon penghisap darah
tidak kita dapati. Ya, walau memang diceritakan ia berusaha untuk tidak
minum darah, tetap saja adegan ketika ia mengigit dan meminum darah
istrinya tidak bisa dikatakan mengesankan. Kita telah kehilangan sosok
penghisap/peminum darah! Perang dengan Turki? Mau dibuat 100.000 pasukan
Turki, jika hanya melawan satu orang Vlad, jelas tidak akan
menggambarkan sebuah perang yang kolosal. Bahkan juga tidak dengan
pertarungan terakhirnya dengan Mehmet II. Lagipula, memangnya Mehmet II
terbunuh di peperangan melawan Vlad II?
Jika anda penggemar
konspirasi, kehadiran film Dracula Untold di saat ini tentu menemukan
momennya. Siapa yang tidak tau Turki saat ini? Sebagai sebuah mercusuar
kebangkitan Daulah Islam (walau tidak mengklaim kekhalifahan), Turki di
sini dengan tepat digambarkan sebuah negara ekspansif, dengan Sultan
yang gila kuasa dan gila perang, dan prajurit yang kejam tanpa belas
kasihan. Walau bisa jadi berbeda, tetap saja nama 'Turki' melekat di
sini, meski pembuat film tidak sedikitpun menyinggung soal keagamaan di
sini. Turki di sini adalah sebuah Kesultanan, titik. Bukan sebuah
imperium dengan nilai agama yang lekat. Sebuah penggambaran yang cukup
'aman'.
Pada akhirnya, sulit mengatakan bahwa film ini akan menjadi sebuah film yang memorable,
layaknya film-film tentang Drakula sebelumnya. Sebagai sebuah hiburan,
bolehlah, duduk dan nikmati, bahwa film ini akan bercerita tentang
seorang Ayah, seorang Raja, yang begitu mencintai keluarga dan
rakyatnya, hingga batas-batas kemanusiaannya.
...
Apa
yang akan Anda lakukan untuk anak Anda? Jika anda seorang pemimpin
(apalagi pimpinan), seberapa jauh Anda akan berkorban untuk mereka yang
Anda pimpin? Terkadang, demi orang yang kita cintai, gelap yang paling
kelam sekalipun akan kita tempuh. Meski pada akhirnya berarti justru
mengorbankan mereka yang kita cintai.
No comments:
Post a Comment